Pengelolaan Air Budidaya Udang

PENGELOLAAN AIR PADA BUDIDAYA UDANG


1.    Petak Tandon dan Biofilter
            Petak tandon/biofilter berfungsi sebagai petak untuk persediaan air yang sehat, bebas carier patogen penyakit. Pengelolaan petak tandon adalah sebagai berikut:
a)  Petak tandon/biofilter berisi antara lain tanaman air (ganggang/makroalga, rumput laut, lumut) yang berfungsi sebagai filter biologis.  Tanaman air tersebut akan mempu menyerap nutrien hasil perombakan bahan organik air sumber oleh bakteri. Hasil kajian pada petak tandon yang ditumbuhi tanaman air ganggang (makroalga) dan lumut, kandungan bahan organik  bisa turun dari 150 ppm menjadi 70 ppm selama 8 hari. Tanaman air juga berperan dapat mengikat partirkel terlarut (lumpur) sehingga air terlihat jernih..
b)   Tanaman air (makroalga) dapat tumbuh pada seluruh luasan petak tandon dan dikendalikan populasinya agar tidak mati. Untuk mengendalikan tanaman air pada petak tandon dapat ditebari ikan herbivora dengan jenis ikan disesuaikan dengan jenis tanaman air. Makroalga/ganggang dapat ditebari kan nila. Jenis tanaman lumut sutra dapat ditebari bandeng. Namun demikian jumlah ikan yang ditebar harus disesuaikan dengan populasi tanaman air sehingga tanaman air tersebut tidak habis. Tanaman air  yang mati harus diangkat yang ditandai warna kekuningan kusam harus diangkat untuk menghindari pembusukan dalam petak tandon. Petak tandon juga berisi multi spesies ikan berupa ikan predator kecil dan ikan herbivora/plankton feeder. Ikan predator kecil seperti ikan keting, kakap, kepala timah dan ikan lainnya  dan lainnya berfungsi untuk memangsa udang liar yang diduga sebagai penular penyakit. Ikan hervivora/palnkton feeder seperti ikan bandeng sebagai pengendali plankton dan tanaman air.

2.   Pengelolaan Air Petak Pembesaran

            Kegiatan pengelolaan air yang dilakukan meliputi pengamatan harian parameter fisika air (salinitas, suhu, kecerahan), parameter  biologis yaitu kepadatan plankton dan warna air,  parameter kimia (DO, pH, bahan organik, alkalinitas). Pengelolaan air untuk mempertahankan kualitas selama pemeliharaan seperti Tabel 1.

Tabel 1. Kisaran kualitas air selama pemeliharaan
Parameter air/tanah
Nilai Kisaran
Keterangan
Suhu oC
28 – 32
Diukur pagi dan sore
Salinitas (ppt)
5 – 40.
Perubahan salinitas mak 3 ppt/hari
pH
7,6 – 8,8
Fluktuasi harian 0,2-0,5 diukur pagi dan sore
Alkalinitas (ppm)
90 – 150
Diukur tiap minggu
Kecerahan (cm)
30 – 40
Diukur pagi dan sore
Ketinggian air (cm)
70 – 80
Maks.2 x nilai kecerahan diukur jam 9.00
Bahan organik (TOM)  (ppm)
60 – 90
Diukur tiap minggu
Oksigen terlarut (ppm)
> 3
Diukur pagi hari atau saat plankton pekat
Sumber : BBPBAP Jepara, 2010

2.1. Salinitas
a)      Salinitas air tambak diamati secara rutin terutama pada saat akan dilakukan penambahan atau pergantian air tambak. Pengamatan salinitas menggunakan salinometer atau hand refraktometer. Salinitas  tergantung pada kondisi daerah tambak dan musim. Namun demikian penambahan atau pergantian air tidak merubah salinitas harian secara drastis  lebih 3 ppt untuk menghindari stres pada udang.
b)      Pada musim kemarau dapat dilakukan penambahan air 2-5 % per hari untuk mengurangi peningkatan salinitas.

2.2. Suhu
a)      Suhu air tergantung musim dan sangat berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme yaitu laju komsumsi pakan. Pengamatan suhu menggunakan thermometer. Suhu optimal untuk pertumbuhan udang 29-32oC. Pada suhu kurang dari 26oC laju komsumsi pakan udang menurun  hingga mencapai 50%.
b)      Tingkat kedalaman  air tambak yang optimal dan lebih stabil serta fluktuasi suhu bagian atas dan dasar tambak rendah pada kedalaman 70-80 cm. Perbedaan suhu atas dan bawah semakin luas bila kedalaman air di naikan, kecuali ada aerasi atau pompa untuk sirkulasi air dari atas ke bawah atau sebaliknya.
c)      Untuk dapat mempertahankan kestabilan suhu dapat dilakukan pada teknologi sederhana dengan mengatur kedalaman air sekitar 70-80 cm dan memperhatikan kepadatan plankton. Pada saat kepadatan plankton  tinggi (kecerahan kurang dari 30 cm) pada siang hari dapat dilakukan penurunan kedalaman air hingga 60-70 cm atau dengan konsep ( 2 x nilai kecerahan air. Pengaturan kedalaman air berdasarkan nilai kecerahan  dengan tujuan agar terjadi penetrasi cahaya dalam air untuk meningkatkan suhu air bagian dasar.

2.3. Kecerahan dan Warna Air
a)      Kecerahan diukur dengan piring seschi disk. Kecerahan  menunjukan tingkat kepadatan suspensi terlarut dan  plankton. Kecerahan diukur secara rutin pada pagi hari jam 09.00 dan sore hari jam 15.00 WIB.
b)      Kecerahan air dipertahankan pada kisaran 30 – 40 cm. Kepadatan plankton kurang (kecerahan > 45 cm) dilakukan pemupukan susulan dengan pupuk organik komersial dengan kandungan nutrien lengkap dosis 0,2 – 0,5 ppm (2 – 5 liter/kg) atau anorganik dengan dosis 2 – 3 ppm (20 – 30 kg/ha). Pemupukan susulan dapat dilakukan 5 – 7 hari seklai hingga plankton tumbuh. Sebaliknya bila plankton padat (kecerahan <30 cm) dapat dilakukan pengenceran dengan air baru atau menghambat pertumbuhan plankton dengan perlakukan pemberian kapur  CaOH dosis 3 ppm bila pH air kurang dari 8 pada pagi hari (jam 06.00). Pengapuran jenis CaOH dapat meningkat CO2 sehingga dapat memperlambat pertumbuhan fitoplankton.
c)      Pupuk organik merupakan sumber nutrien mikro yang dibutuhkan dalam jumlah kecil tetapi sangat penting dapat digunakan pupuk organik komersial dengan  kandungan yang lengkap. Sumber nutrien phospat (P2O5) dapat digunakan pupuk TSP atau SP-36. Sedangkan sumbenr nitrogen dapat digunakan pupuk Urea atau Natrium Nitrat. Penggunaan pupuk Urea sebagai pupuk susulan harus diperhitungkan jumlah sesuai dengan kondisi lahan. Urea dengan cepat kan terurai membentuk amonia  yang tidak diinginkan karena dapat menyebabkan: 1) menjadi racun atau toksin pada ikan; 2) dirubah menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi yang menyebabkan pH turun; dan 3) Proses nitifikasi menyerap jumlah besar kelarutan oksigen. Berdasarkan proses ini disarankan lebih baik menggunakan pupuk Natrium Nitrat sebagai sumber nitrogen.
d)     Kesuburan tambak tergantung dari kesuburan lahan dan masing-masing lahan tambak akan berbeda. Oleh karena itu aplikasi pupuk susulan  harus berdasarkan cacatan kecerahan air yang diukur dengan sisci disk untuk menjaga kesetabilan palnkton bloming (berelebihan) dan biaya produksi.  Jumlah atau dosis penggunaan pupuk untuk mempertahankan kestabilan plankton berdasarkan nilai kecerahan dapat digunakan standar sebagai berikut:

Tabel 2. Dosis pupuk berdasar nilai kecerahan

No.
Kecerahan (cm)
Jumlah Pupuk (kg)
1
20
0
2
25
2,5
3
30
5,0
4
35
7,5
5
40
10,0
                        Sumber : BBPBAP Jepara, 2010

e)      Warna air menunjukan jenis plankton yang dominan dalam air. Warna air yang baik adalah hijau muda, hijau kecoklatan menunjukkan dominasi plankton Chloropiceae dan diatom.  Air yang sehat menunjukkan warna air yang  stabil antara pagi hari dan sore hari. Warna air yang tak stabil (berubah-ubah) antara pagi dan sore menunjukkan plakton didominasi jenis zooplankton, yang kurang baik untuk pemeliharaan udang.

2.4. Oksigen Terlarut
a)      Oksigen merupakan masalah utama pada budidaya udang sederhana. Oksigen terlarut dalam air dipertahankan minimal 3 ppm. Pengamatan oksigen terlarut terutama dilakukan pada malam hari hingga pagi hari.  Apabila pada malam hari oksigen sudah mencapai 3 ppm perlu dilakukan  penambahan suplay oksigen dengan aerasi.

b)       Pada tambak dengan salinitas rendah,untuk  mempertahan kelarutan oksigen tetap tinggi pengaturan kepadatan dan penyebaran tanaman air (ganggan atau lumut) yang tumbuh dalam tambak, penting untuk dilakukan. Pupulasi gagang dipertahankan sebesar 20-30% dari luasan tambak dan penyebarannya merata pada seluruh bagian petakan tambak. Pembersihan tanaman air dilakukan pada bagian keliling petakan tambak yang digunakan sebagai tempat pemberian pakan tambahan. Pembersihan ganggang dilakukan secara bertahap untuk menghindari keracunan udang akibat kekeruhan lumpur organik. 

c)      Tanaman air  dalam tambak berfungsi sebagai penyerap nutrien dari hasil penguraian bahan organik serta menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesa pada siang hari. Sebaliknya pada malam hari akan menggunakan oksigen terlarut untuk respirasi dan bila jumlah populasi tanaman air tersebut terlalu banyak,   akan menyebabkan kalarutan oksigen menurun. 

d)     Seperti pengelolaan pada petak tandon, pengendalian tanaman air dapat dilakukan dengan budidaya polikultur menggunakan ikan. Untuk tanaman ganggang dapat digunakan ikan nila dengan ukuran ikan yang bukaan mulutnya lebih kecil dari udang, karena ikan nila bersifat omnivora dan dapat makan udang. Untuk tanaman lumut dapat digunakan ikan bandeng ukuran 1 kg isi 20 ekor.

e)      Peningkatan oksigen pada tambak sederhana dapat juga dilakukan dengan pengaturan kedalaman air dan kepadatan plankton. Cahaya matahari pada siang hari dapat menembus hingga air bagian dasar, sehingg seluruh plankton dan tumbuhan air dari permukaan hingga dasar tambak dapat melakukan proses fotosintesa untuk menghasilkan oksigen (Gambar 14). Pada siang hari kedalaman air dapat diatur pada ukuran 2 x nilai kecerahan air. Oleh karena itu pengukuran kecerahan air tiap hari sangat penting terutama pada teknologi sederhana yang tidak menggunakan aerasi. 


2.6. pH
a)      Pengamatan pH air tambak menggunakan pH meter pada budidaya udang teknologi sederhana  dilakukan tiap hari pada waktu pagi sekitar jam 05.00  dan sore sekitar jam 16.00.
b)      Nilai pH air tambak sangat mempengaruhi seluruh proses kimia dalam air.  pH air dipertahankan pada kisaran yang optimum yaitu 7,5 – 8,5 dengan fluktuasi harian pagi dan sore  dari 0,2 – 0,5. Bila pH air turun dari 7,8 dilakukan penambahan kapur dengan dosis 3 – 5 ppm. Sebaliknya bila pH air tinggi diatas 9 dilakukan aplikasi molase (tetes tebu) dengan dosis 2 – 3  ppm.
c)      Fluktuasi pH harian dengan nilai < 0,2 menunjukkan pada siang hari proses fotosintesa rendah yang dapat disebabkan oleh jumlah fitoplakton atau tanaman air  yang kurang. Solusi yang dilakukan adalah penumbuhan fitoplankton dengan pemupukan susulan. Sebaliknya Nilai fluktuasi pH harian yang tinggi > 0,5 menunjukkan bahwa kurangnya penyangga (buffer) dalam air yang dapat diukur dari nilai alkalinitas. Solusi adalah penambahan karbonat dengan penambahan kapur dolomit dosis 3-5 ppm.

2.7.  Alkalinitas
a)    Alkalinitas bisa diamati tiap 1 – 2 minggu sekali. Nilai alkalinitas dipertahankan pada kisaran >60 ppm. Nilai alkalinitas yang rendah menyebabkan sulit untuk menumbuhkan  plankton  dan fluktuasi nilai pH air harian pagi dan sore tinggi (>0,5).
b)   Nilai alkalinitas yang rendah dapat ditingkatkan melalui penambahan carbonat dengan aplikasi kapur dolomit 3 – 5 ppm yang dilakukan tiap 3 – 5  hari sekali hingga mencapai minimal >60 ppm. Penambahan kapur dolomit tidak dapat menaikan pH air secara dratis.

 2.8. Bahan Organik
a)      Nilai bahan organik (TOM)  pada air tambak yang baik adalah kurang dari 100 ppm.  Pengamatan parameter bahan organik dapat dilakukan tiap 2-4 minggu sekali dengan membawa sampel air tambak dengan bahan pengawet ke laboratorium.
b)      Solusi untuk mengatasi nilai bahan organik air  tambak tinggi (>100 ppm) dengan pengenceran atau penambahan air baru yang telah diendapkan pada petak tandon. Penambahan bakteri pengurai (probiotik) dengan dosis sesuai dengan pentunjuk produk.
c)      Pergatian air dilakukan bila nilai parameter kualiatas air dalam tambak sudah menurun dengan air baru pada petak tandon yang nilai parameternya lebih baik. Sebaliknya bila masih dalam kisaran yang normal cukup dilakukan penambahan air dari petak tandon untuk mempertahankan ketinggian air minimal selama pemeliharaan. Penambahan dan pergantian air tambak sederhana seperti pada Tabel 3.

   Tabel 3. Dosis pergantian  air

Umur pemeliharaan
Dosis  pergantaian air
Keterangan
Bulan I
0
Penambahan dari tandon
Bulan II
5-10 % per minggu
Penambahan dari tandon
Bualan III
10-20 %per minggu
Pergantian air  dari tandon
Bulan IV
10-20 % per minggu
Pergantian air  dari tandon
       Sumber : BBPBAP Jepara, 2010

2.9. Pengelolaan Lumpur/Tanah Dasar Tambak
a)      Kondisi lumpur dasar tambak dapat diukur secara kuantitatif dengan mengukur nilai redoks potensial  yang dapat diamati secara periodik 1-2 minggu sekali.  Kisaran nilai redoks potensial tanah dasar tambak >-200 mv.
b)      Untuk mempertahankan nilai redoks potensial dapat dilakukan dengan penambahan probiotik yang mampu menguraikan bahan organik dalam kondisi anaerob maupun aeraob. Jenis bakteri adalah Bacillus sp dan Rodobacter sp (kepadatan >106. ). Aplikasi bakteri probiotik dilakukan tiap 1-2 minggu sekali dengan dosis 1-2 l/ha atau sesuai dengan pentunjuk produk.

c)      Cara lain mempertahankan nilai redoks adalah menjaga oksigen terlarut pada lapisan lumpur tanah dasar tambak tetap tinggi (> 3 ppm)  dengan pengaturan aerasi maupun proses fotosintesa dengan mengatur kepadatan plankton (kecerahan) dan ketinggian air. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghitung SR dan FCR Udang Vaname saat Kegiatan Produksi

Cara mengetahui berapa estimasi udang di tambak

Plankton, Lumut, Klekap dalam budidaya udang