Budidaya udang vaname
BUDIDAYA UDANG VANAME
1. BENIH
1.1 Pemilihan Benih
a.
Benih udang
bersertifikat atau surat keterangan sehat;
b.
Benih vaname
tidak terdeteksi virus WSSV, TSV, IMNV; IHHNV. Dilengkapi laporan hasil uji dari
laboratorium.
c.
Secara visual
ukuran seragam (>95%) panjang minimal 0,8 cm (PL 10).
d.
Benih dilakukan adaptasi sesuai salinitas air tambak.
e.
Benih diangkut dengan teknik transportasi yang baik sesuai persyaratan SNI.
1.2. Penebaran Benih
a.
Dilakukan adaptasi suhu dengan cara mengapungkan kantong dalam air atau menambah
air sedikit demi sedikit dalam kantong tempat benur. Sambil adaptasi suhu
dilakukan penghitungan jumlah benih dalam kantung sebagai sampel.
b.
Penambahan pakan artemia sebelum ditebar.
c.
Penebaran benih udang dengan kepadatan 30 - 70 ekor/m2
dengan rataan 50 ekor/m2
tergantung ketersediaan sarana dan
prasarana. Waktu penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari.
2.
Pengelolaan air
Pengelolaan air diarahkan
pada semi flok dengan keseimbangan dominasi plankton dan total bakteri.
2.1.
Penumbuhan
Plankton
Cara pengelolaan kestabilan plankton selama pemeliharaan adalah sebagai berikut :
a.
Lakukan pengukuran kecerahan harian sekitar jam 09.00 pagi. Nilai kecerahan yang optimum adalah 30 - 40 cm.
b.
Lakukan pengukuran pH harian pada pagi dan sore hari
antara 7,5 - 8,0, kisaran
fluktuasi pH 0,2 - 0,5.
c.
Pemupukan susulan secara rutin dengan pupuk nitrogen
setiap 4 - 7 hari
dengan dosis 2 ppm hingga air berwarna hijau kecoklatan.
d.
Pemupukan posfat dihentikan pada saat pakan sudah
mencapai sekitar 1.500 kg/ha (tambak lining). Kandungan posfat (PO4)
lebih dari 0,25 ppm.
e.
Pemberian pupuk dihentikan setelah air berwarna hijau
kecoklatan dengan kecerahan 40.
2.2. Penumbuhan Bakteri Probiotik
a.
Probiotik yang
digunakan harus terdaftar.
b.
Perlakukan untuk penumbuhan probiotik mulai dilakukan 7 hari,
setelah sterilisasi, selanjutnya secara rutin
dilakukan tiap seminggu 1 - 2 kali sesuai dengan petunjuk pada label kemasan.
2.3. Pembiakan Bakteri Probiotik
a.
Adapun teknik pembiakan dan aplikasi probiotik adalah
sebagai berikut :
1)
Persiapan wadah biakan berupa drum
plastik 200 liter dilengkapi peralatan aerasi dengan DO4.
2)
Pengisian drum dengan air tambak (dengan salinitas
sama) sampai penuh.
3)
Sterilisasi air dalam drum dengan aplikasi TCCA 15 ppm
atau kaporit 30 ppm.
4)
Air diaerasi yang kuat selama minimal 24 jam. Bila
belum netral dilakukan penambahan tiosulfat
dengan dosis 10 ppm.
5)
Penambahan molase sebanyak 2 - 4 liter per drum (200 liter).
6)
Penambahan pupuk nitrogen (ZA) sebanyak 200 g/drum.
7)
Penambahan kapur kaptan (CaCO3) untuk
menaikan pH mencapai 7.
8)
Memasukan bibit probiotik sebanyak 50 - 100 g dalam media kultur.
9)
Kultur dilakukan selama 1 - 2 x 24 jam.
10)
Penebaran bakteri probiotik ke tambak tiap 2 - 4 hari sekali. Flock akan terbentuk
setelah 1 - 1,5 bulan
yang ditandai terjadinya busa (foam)
yang berwarna putih.
b.
Aktivasi Bakteri
Cara lain aplikasi bakteri dengan
menebar secara langsung bakteri ke tambak. Sebelum ditebar dilakukan aktivasi
bakteri sebagai berikut:
1)
Persiapan wadah aktivasi berupa ember kapasitas 20 liter.
2)
Masukan air tambak dalam ember.
3)
Tambahkan sumber karbon (molase) sekitar 250 cc dan
diaduk merata.
4)
Ukur nilai pH air, bila kurang dari 6 tambahkan kapur
sekitar 50 - 100 g agar
nilai pH 7.
5)
Tambahkan sumber Nitrogen berupa pupuk Urea/ZA dosis
100 g dan aduk merata.
6)
Masukan probiotik sekitar 100 g atau 100 ml dan aduk
secara merata. Biarkan spora bakter berkembang selama 0,5 - 1 jam dan kemudian ditebar pada
tambak.
2.4. Pengamatan Kualitas Air
a.
Pengukuran kualitas
air secara harian dilakukan terhadap parameter (Tabel paramater, alat dan kisaran)
1)
suhu antara 280 - 320C.
2)
pH antara 7,5 -
8,0 dengan kisaran harian 0,2 - 0,5.
3)
oksigen terlarut minimal 4 ppm.
4)
kecerahan
minimal 30 cm.
5)
warna air
hijau kecoklatan.
b.
Pengukuran kualitas air secara mingguan
Tabel parameter alat kisaran :
1)
Alkalinitas 90 - 200 ppm.
2)
Total bahan
organik maksimum 250 ppm.
3)
Kelimpahan dan jenis plankton dominasi
chloropiceae dan diatom minimal 80%.
4)
Total bakteri maksimum 105 dengan total vibrio maksimum 5%.
c.
Pengamatan kondisi lumpur dasar tambak dibagian central drain. Lakukan penyiponan bila
sudah terjadi penumpukan lumpur dasar tambak mulai umur pemeliharaan 45 hari,
penyiponan berikutnya dilakukan tiap 10 - 15 hari tergantung ketebalan lumpur.
d.
Pengelolaan oksigen
1)
Penggunaan kincir/aerasi dengan
penempatan diatur sesuai dengan bentuk petak tambak sehingga aliran/gerakan air
merata dengan kecepatan minimal 0,8
m/menit agar oksigen terlarut merata pada seluruh kolom air pada tambak.
2)
Pada kondisi
darurat terutama malam hari oksigen
< 3 ppm, dapat diaplikasikan peroksida
dengan dosis 1 - 2 ppm setiap jam hingga kelarutan
oksigen normal (≥ 4 ppm).
e.
Pengelolaan nilai pH
1)
Bila pH kurang dari 7,5 dilakukan penambahan kapur
dengan dosis 10 - 20 ppm hingga
nilai pH mencapai ≥ 7,5.
2)
Bila pH air lebih dari 8 lakukan penambahan molase
(sumber karbon) dengan dosis 1 - 2 ppm hingga pH turun mencapai ≤
8.
f.
Pengendalian bioflok
Untuk
mempertahankan pertumbuhan bakteri probiotik (bioflok) dilakukan dengan
aplikasi bakteri secara rutin 2 kali seminggu.
Adapun
caranya adalah :
1)
Penyiapan
pembiakan bakteri atau aktivasi bakteri.
2)
Penambahan
sumber karbon pada air tambak dengan dosis 1 - 2% dari
total pakan yang telah digunakan dalam tambak. Sebagai contoh pakan harian 50
kg selama 4 hari telah menggunakan pakan 4 x 50 kg
sebesar 200 kg maka penambahan molase adalah 2% x 200 kg = 4 kg.
3)
Setelah
penambahan molase dan teraduk merata dengan kincir dilakukan penebaran bakteri
yang telah dibiakan atau diaktivasi.
4)
Penambahan
molase di kurangi bila pH kurang dari 7,5 dan ditambah bila pH air lebih dari
8.
5)
Indikator
keberhasilan bioflok secara visual :
·
Warna air hijau kecoklatan.
·
Partikel flok dalam air dalam bentuk suspensi/ masir.
·
Ketebalan flok maksimum 20 cm (mengunakan tabung
Imhoff).
3.
Pengelolaan pakan
a.
Pakan buatan (pellet) mulai diberikan dari penebaran
benih dengan dosis disesuaikan dengan laju konsumsi pakan.
b.
Untuk kontrol laju konsumsi pakan dilakukan dengan
pemberian pakan pada anco dengan dosis dan waktu cek di anco sesuai dangan ukuran udang.
c.
Kontrol pertumbuhan dilakukan dengan pengambilan
sampel udang atau sampling yang dilakukan setiap 7 - 10 hari sekali.
·
Sampling dilakukan pada waktu fajar atau sore hari
untuk menghindari cuaca panas.
·
Udang yang tertangkap tidak dikembalikan ke tambak.
4.
PANEN
a.
Untuk menghindari moulting/ganti kulit menjelang panen :
·
Lakukan peningkatan pH air hingga 9 dengan aplikasi
kapur.
·
Jangan lakukan pergantian air 2 hari sebelum panen.
·
Lakukan pembuangan air secara cepat (terutama pada
pagi hari).
b.
Panen dilakukan setelah mencapai ukuran pasar (marketable size).
c.
Sebelum dipanen dilakukan penyiponan tambak plastik agar bersih dan lumpur
tidak menyebar ke seluruh petakan tambak.
d.
Panen dilakukan secara hati-hati
dengan menggunakan jaring kearah
pembuangan agar dapat mengurangi kerusakan plastik mulsa.
e.
Semua peralatan panen sudah disiapkan.
Komentar
Posting Komentar