Laporan Demfarm BBPBAP Jepara di Dipasena
Progers Report Tambak Percontohan BBPBAP Jepara di Dipasena
Permasalahan dan kondisi eksisting tambak dipasena.
1. Tambak berada pada kawasan tambak eks dipasena. Desain dan tata letak tambak cukup ideal dengan
desaian dengan blok-blok atau
klaster. Setiap blok terdiri dari saluran inlet dan out yang terpisah. Setiap bloks
terdiri dari 60 jalur.
Setiap jalur terdiri dari 10 slot (kepemilikan) pembuddiaya. Setiap pembudidaya mempunyai 2 petak
tambak..
2. Konstruksi tambak
dengan luas petak sekitar 2000 m2. Bentuk petak persegi panjang. Kontruksi tambak dengan pematang dilapisi palstik HDPE. Dasar tambak adalah tanah.
Gambar 1.
Kontruksi tambak idle dengan
pematang dilapisi plastik
3. Peralatan atau sarana produksi yang ada adalah setiap
pembudiaya (plasma) mempunyai pompa air
sebanyak 2 buah dan kincir air (long arm) dengan mesin diesel dan kincir puddal wheel dengan tenaga pengerak diesel.
Jalur PLN ada tetapi jaringan di putus oleh perusahaan (CPP)
4. Kegiatan operasional tambak saat dilakukan survei atau pada tahun 2014-2015 bahkan hingga saat
ini tidak optimal karena sering terjadi kegagalan panen pada siklus sebelumnya
mengalami kendala atau kegagalan karena serangan penyakit virus dan serangan penyakit
berak putih (white faecal dieses).
5. Hasil diskusi dengan para pembudidaya beberapa permasalahan yang terjadi adalah:
a. Serangan pemyakit wssv dan berak putih yang sering
terjadi pada umur pemeliharaan sekitar 1-1,5 bulan.
b. Pembudidaya sangat terbatas dalam pengelolaan lingkungan
seperti pengukuran pH, Oksigen terlarut dan kandisi lingkungan.
c. Sistem pegelolaan air, dengan sistem petak tandon berupa
saluran inlet. Petak pemeliharaan
terdiri dari 2 petak dengan padat penebaran 50 ekor/m2.
d. Pengelolaan tandon bersama berupa saluran inlet tidak
dapat menjamin biosekurity secara maksimum.
Gambar 2. Kondisi saluran inlet untuk tandon
6. Selama manajemen tambak lepas dari inti plasma,
management budidaya, mulai berlaku sistem bapak angkat oleh beberapa pengusaha
pribadi yang mengarah pada sistem ijon, petambak disediakan dana, bahan sarana
operasional oleh pembina (tengkulak) dengan perjanjian hasil panen di beli oleh
tengkulak tersebut. Namun demikiaan pada sistem ini tengkulak diduga telah
mengambil keuntungan dari selisih harga bahan dan sarana budidaya (benih, pakan
dan obat-obatan). Pada saat panen udang tengkulak juga memotong harga udang
sekitar 3000-5000 rupiah dari harga pasar di luar. Kondisi ini menyebabkan keuntungan petambak
semakin menipis, sementara pada saat tambak tidak panen dana operasional tersebut sebagai utang
pembudidaya ke tengkulak. Bahkan
tengkulak tersebut mempunyai tenaga pengamat untuk mengawasi seluruh aktivitas
petambak yang diberi pinjaman dana.
Kondisi ini terus berkembang menyebabkan petambak juga mempunyai
akal agar masih dapat menikmati hasil
panen dengan cara pada saat panen udang sebagian disetor kan ke tengkulak
sebagai pengganti dana operasional dan
sebagian di jual di pembeli lain (diluar sepengetahuan tengkulak) untuk biaya
hidup pembudidaya. Dengan permasalahan
penyakit ini kondisi tengkulak dan pembudidaya juga mengalami kerugian yang
besar.
7. Management budidaya yag lebih tranparan juga di terapkan
oleh Mitra Koperasi Bumi Dipa dengan
konsep sariah dengan pembagian yang lebih menguntungkan pembuidaya (lampiran). Namun
demikian karena permasalah teknis yaitu serangan penyakit menyebabkan
perputaran permodalan juga berehenti. Dan koperai bumi dipa akan mengucurkan pinjaman dana operasional sambil menunggu penerapan teknologi budidaya yang optimal.
2. Tindak lanjut (Follow
up)
Kondisi Desain dan
tata latak tambak sudah tertata baik merupakan desain tambak yang baik sesuai
dengan konsep pengembangan tambak dalam pola kawasan.
Berdasar hasil
diskusi petambak belum mempunyai
kemampuan teknis budidaya yang terus berkembang saat ini. Pada saat masih di
kelola pola kemitraan initi dan plasma, pembudidaya hanya sebagai operator
teknis yang hanya menerima intruksi dari supervisor blok tanpa keterangan
dengan detail. Peralatan kualitas air juga dilakukan oleh supervisor tersebut.
Pada saat petambak lepas dari mitra inti plasma melakukan teknis budidaya
secara otodikdak. Peralatan yang ada sangat terbatas sehingga pelaksanaan
budidaya apa adanya.
1. Oleh karena itu BBPBAP Jepara melakukan survai dan
identifikasi permasalahan teknis untk
dapat melakukan percontohan teknologi yang inovatif dan adaptif di lokasi tersebut
sesuai dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang ada agar nantinya
teknologi tersebut dapat diikuti petambak. Sesuai dengan hasil kesepatakan
kelompok petambak P3 UW. Uji terap teknologi BBPBAP Jepara lakukan pada blok 9
jalur 45 sebanyak 7 petak (7 orang plasma) dan 1 petak (1 orang plasma) di jalur 46 pemeliharaan dengan melibatkan petambak pada jalur
tersebut dan tenaga teknis dari jepara.
2. Berdasarkan sarana yang ada maka uji terap dengan tataletak tambak 1 petak udang dan satu petak tandon. Pada
tebar adalah 60 ekor/m2 atau 120.000
ekor/petak. Sarana kincir yang ada sebanyak 4 buah digunakan pada petak udang. pada petak tandon hanya
dipelihara biofilter ikan herbivora (bandeng). saat siklus (penebara bulan oktober 2015) pemeliharaan berlangsung
kawasan sekitar jalur 45 juga melakukan penebaran. Namun
demikian pada kajian pertama ini
terserang penyakit WSSV setelah umur pemeliharaan 20-26 hari sebanyak 8 petak. serangan
penyakit ini didahului oleh serangan penyakit di blok sekitar tambak jalur 45 dan 46 serta blok lain. Infeksi pada tambak uji terap oleh burung camar
Gambar 3. Burung camar yang menginfeksi tambak kajian.
3. Berdasarkan kajian pertama dilakukan kajian kedua dengan
lebih mefokuskan pada biosekuriti dengan pengendalian burung dengan
pemasangan pengahalau burung di atas tambak.
kajian ke dua sebagai berikut:
Tata
letak : 1 petak tandon dan 1 petak udang terdiri dari 2 slot
a. Pada tebar : 150.000 ekor/petak atau 75 ekor/m2.
b. Kincir : 4
buah per petak (diatur penempatanya agar seluruh kolom air tambak bisa bergerak agar oksigen merata. Dan di tambah
pompa air yang disemprotkan untuk arasi
c. Panen parsial dilakukan karena data kelarutan oksigen
mulai turun skitar 3 ppm.
Umur (hari)
|
Size (ekor/kg)
|
Jumah (kg)
|
|
Parsial 1
|
73
|
70-79
|
387-413 kg/petak
|
Parsial 2
|
93
|
55-60
|
392-452 kg/petak
|
Panen total
|
113
|
40-45
|
1501-1531 kg/petak
|
d. Total
panen dengan produksi per slot 2,3 ton per petak dengan biaya produksi sekitar Rp. 42.000/kg
udang.
Gambar 4.Tambak kajian siklus 2.
Kesimpulan:
1. Secara teknis dengan penerapan bididaya udang
yang inovatif
dengan pola kawasan, tambak eks dipasena masih dapat ber produksi. Perlu
pengawalan dan pendampingan teknis budadaya.
2. Perlu managemen budidaya kawasan secara baik dengan pola kemitraan yang tranparan antara mitra
dan petambak.
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut