Persiapan Tanah Dan Air Budidaya Udang

1.    Persiapan Tanah Dasar Tambak
Persiapan tanah dilakukan untuk memperbaikan  kualitas tanah dasar tambak sebagai wadah/media pemeliharaan udang setebal lapisan olah (kedalaman tanah 5 – 15 cm).  Standar kualitas tanah dasar tambak yang siap tebar tertera pada Tabel 1. Tahapan kegiatan persiapan tanah dasar adalah sebagai berikut :
a)        Pengeringan tanah dasar tambak bertujuan untuk meningkatkan oksidasi tanah sehinga dapat mempercepat penguraian bahan organik. Proses pengeringan dapat dipercepat dengan pembuatan parit/caren keliling. Pengeringan tanah dilakukan hingga tanah retak-retak (kadar air sekitar 20%). Pengeringan dasar tambak tidak dilakukan hingga kondisi tanah berdebu, karena  proses meneralisasi bahan organik akan berhenti. Bila tanah sudah kering, dilakukan pembasahan dengan cara mengisi air. Cara ini sekaligus dilakukan untuk pencucian tanah dasar (Gambar 6).
b)        Lumpur organik,  lumut dan kelekap yang mati dicirikan dengan warna hitam dan berbau busuk menyengat  harus diangkat dari dasar tambak.
c)        Pemberian Sodium Nitrat pada dasar tambak dapat dilakukan untuk meningkatkan proses dekomposisi bahan organik tanah pada tanah dengan C/N Ratio 15 – 20.  Pemupukan nitrat dilakukan pada saat tanah dasar tambak masih lembek (moisture) agar nitrat dapat masuk pada lapisan tanah bagian bawah pada daerah anaerob (Anaerobic Zona). Nitrat dapat digunakan sebagai sumber oksigen untuk aktivitas bakteri. Nitrat akan melepaskan oksigen ketika kandungan oksigen dalam tanah dan nilai redoks potensial rendah. Dosis pupuk nitrogen adalah 25 – 50 kg/Ha. Dosis dapat ditingkatkan menjadi  dua kali (50 – 100 kg) bila kandungan C oganik tanah di atas 3 – 4%.
d)       Peningkatan C/N rasio tanah dapat dilakukan dengan penambahan sumber karbon organik seperti molase (tetes tebu), tepung tapioka dana atau sumber karbon lainnya. Dosis pemakaian adalah 2 - 4 gram/m2 atau 20 – 40 kg/Ha. Aplikasi sumber karbon ditebar secara merata dan dilakukan pada saat tanah masih lembek/lembab (moisture) agar terjadi penetrasi ke lapisan tanah.
e)  Pembalikan tanah  dilakukan untuk meningkatkan aerasi tanah selama proses pengeringan. Pembalikan tanah dilakukan minimal hingga kedalaman 5 – 15 cm dari permukaan tanah (umumnya mengandung bahan organik >12%).

Tabel 1. Parameter kualitas tanah

No.
Parameter
Nilai
Perlakuan
1.
Bahan organik
<12%
Pengangatan lumpur, pengeringan, pencucian
2.
pH
6,5 – 8,5
pH <6,5 dikapur dolomit dosis 500-1000 kg/ha
3.
Redoks
>(-50 me.V)
Oksidasi dengan pengeringan
4.
C/N rasio
>11
Penambahan sumber C organik
 Sumber : BBPBAP Jepara, 2010.

 f)   Pencucian tanah  dilakukan bila selama proses pengeringan/pengolahan tanah terbentuk zat  besi (firit) yang ditandai warna kemerahan pada permukaan tanah maupun pematang. Tanah yang mengandung zat besi, pada saat proses pengeringan terjadi oksidasi zat besi menjadi besi firit yang akan menyebabkan pH tanah menurun. Cara pencucian dengan merendam tanah dasar tambak setelah kering sedalam 10 cm selama 1 – 2 hari, kemudian dikeringkan kembali hingga tanah retak-retak (kadar air 20%). Pencucian dapat dilakukan berulangkali sambil menunggu program penebaran.

g)      Tambak yang ditumbuhi hama tersipan biasannya kandungan bahan organik tinggi. Hama trisipan sebagai hama kompetitor/penyaing ruang gerak dan komsumsi oksigen di dasar tambak dan juga lendir yang dihasilkan dapat menghambat perkembangan udang. Pemberantasan trisipan/siput dilakukan dengan cara sebagai berikut :
-          Pemberantasan hama  trisipan sebaiknya dilakukan secara manual, yaitu dengan pengeringan tambak secara perlahan sehingga trisipan berkumpul pada bagian caren atau tanah yang masih basah dan selanjutnya di bersihkan.
-          Apabila populasi trisipan sangat banyak, maka pemberantasan dengan penggunaan molusksida dapat dilakukan dengan efisien, yaitu dengan cara  pengeringan dan biasanya trisipan akan mengumpul pada bagian tanah yang basah atau masih terendam air (caren), kemudian hanya bagian caren yang terdapat trisipan diberi aplikasi/disebar moluksida dengan dosis 0,5 – 1 ppm dan direndam > 7 hari (hingga kondisi netral).
h)      Pengapuran tanah dasar tambak dilakukan bila nilai pH tanah masih kurang dari 6,5. Untuk efisiensi, pengapuran dilakukan setelah proses pencucian atau pada saat akan melakukan pengisian air pada petak pembesaran udang. Pengapuran dilakukan pada saat kondisi tanah masih lembek/lembab Jenis kapur yang cocok untuk menaikan pH tanah adalah kapur pertanian atau dolomit (CaMgCO3)  dengan dosis 500 – 1.000 kg/Ha untuk nilai pH tanah kurang  dari 6,5.



2. Persiapan Air

Setelah kualitas tanah dasar tambak memenuhi syarat, maka dilakukan persiapan air. Persayaratan kualitas air yang siap tebar tertera pada Tabel 2, dengan tahapan kegiatan dapat dilakukan sebagai berikut :
a)      Pengisian air untuk petak pembesaran udang berasal dari petak tandon/biofilter yang telah mengalami proses filtrasi secara biologis atau minimal telah diendapkan selama 2 – 3 hari. Pintu air atau pompa  sudah dilengkapi dengan saringan ganda (double screen) untuk mencegah ikan dan udang liar masuk.
b)  Pada saat air pasang naik dengan kondisi air terlihat kotor dan keruh, maka hindari  pengisian air ke petak tambak, karena kualitas air rendah dan kotor akibat terjadi pengadukan lumpur organik dasar saluran. Oleh karena itu, perlu petak tandon atau petak biofilter yang berfungsi sebagai petak pengendapan.
c)      Pengisian air pada petak pembesaran udang berasal dari petak tandon endapan atau tandon biofilter. Ketinggian air dalam petak tambak minimal 80 cm. Untuk menambah ketinggian air dalam petakan tambak dapat digunakan pompa air.
d)     Untuk mencegah masuknya larva dan krustecea liar ke petak pembesaran udang dengan cara memasang saringan ganda (berbentuk kantung) pada pintu atau pipa pemasukan air (panjang minimal 2 m). Ukuran mata saringan adalah mess size 1 mm dan 300 mikron (Planktonet T-45). Untuk mencegah saringan planktonet cepat tertutup oleh partikel kotoran, maka pemasangan saringan dibuat rangkap (double screen) dengan ukuran yang berbeda. Saringan pertama (bagian dalam) mess size 1 mm dibuat ukuran  diameter 0,5 m dengan panjang 2 m. Saringan kedua (bagian luar) mess size 300 mikron dengan ukuran diameter 1 m dan panjang 2,5 m.
e)      Bila lokasi tambak pada kawasan epedimis udang sakit dapat dilakukan sterilisasi air pada petak pemeliharaan udang dengan desinfektan yang tidak berbahayan bagi lingkungan dan manusia, yaitu dengan sasaran krustacea atau udang-udang liar mati dan sekaligus menekan bakteri vibrio yang ada dalam tambak. Desinfektan yang digunakan pada teknologi sederhana ini adalah Crustaesida dosis 1 – 2 ppm dan atau kaporit dengan dosis 10 – 15 ppm.
f)       Penumbuhan plankton dengan aplikasi pupuk organik (pupuk kandungan nutrien lengkap) dosis 0,5 ppm dan pupuk anorganik (NPK) atau pupuk Nitrogen dan Phosfat (perbandingan 4:1) dengan dosis 3 – 5 ppm atau 30 – 50 kg/Ha. Aplikasi pupuk dilakukan 3 hari setelah pemberian desinfektan kaporit dan dapat diulang tiap 5 – 7 hari hingga plankton tumbuh yang ditandai dengan warna air hijau kecoklatan (kecerahan sekitar 30 – 40 cm).

Tabel 2. Persyaratan kualitas air tambak siap tebar


No.
Parameter Air
Nilai
1
pH
7,5-8,8 (kisaran harian pagi dan sore 0,2-0,5)
2
Alklinitas (ppm)
>60
3
Bahan organik (ppm)
Maks 90 ppm
4
Kecerahan (cm)
30-40
5
Warna air
Hijau kecoklatan (dominasi fitoplankton cloropiceae)
6
Visual
Bersih dari udang liar, ikan liar
Sumber : BBPBAP Jepara, 2010.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara mengetahui berapa estimasi udang di tambak

Menghitung SR dan FCR Udang Vaname saat Kegiatan Produksi

Plankton, Lumut, Klekap dalam budidaya udang